Dalil Kebolehan Mengadakan Mualid Nabi Muhammad Menurut Ibnu Hajar Al-asqalani

Al-Imam al-hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani memiliki pendapat tersediri mengenai masalah Mengadakan Mualid Nabi Muhammad, dalam tinjauan beliau menyikapi hal ini adalah dengan menggunakan metode qiyas. Qiyas yang beliau ambil adalah sebuah hadits tentang orang-orang yahudi yang berpuasa pada hari asyuro.


واستنبط الحافظ ابن حجر تخريج عمل المولد على أصل ثابت في السنة وهو ما في الصحيحين أن النبي صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء


"wastanbatol-haafidzu ibnu hajarin takhriija amalil-mauliidi alaa aslin tsaabitin fis-sunnati wa huwa maa fis-shohiihain annan-nabiyya sallallaahu alaihi wa sallama qodimal-madiinata fa wajadal-yahuuda yasuumuuna yauma aa'syuuroo'a"



Artinya : "al-hafidz ibnu hajar al-asqallaani berdalil qiyas mengenai amalan maulid, bahwa demikian itu ada dasar yang kuat di dalam hadis, yang terdapat di dalam sahih bukhori dan muslim bahwa nabi saat tiba di kota madinah beliau bertemu dengan orang yahudi yang berpuasa di hari asyuro"

فسألهم فقالوا هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونجى موسى ونحن نصومه شكرا فقال نحن أولى بموسى منكم

"fa sa'alahum fa qooluu huwa yaumun agroqollaahu fiihi fir'auna wa najaa muusaa wa nahnu nasuumuhuu syukron fa qoola nahnu aulaa bi muusaa minkum"


Artinya : Maka nabi pun menanyakan perihal puasa yahudi tadi, dan yahudi itu menjawab : ini adalah hari dimana Allah menenggelamkan Fir'aun dan menyelamatkan musa, oleh sebab itu kami berpuasa karena bentuk rasa syukur kami. nabi pun menjawab : kami yang lebih utama dengan musa dari kalian

Sumber Kitab : i'aanatut-thoolibiin jilid 3 hal 152

Lantas bagaimana status  hukum sebuah permasalahan yang dihasilkan hanya dari metodologi qiyas?

ungkapan ini sering kita dengar takkala menghadapi orang-orang yang punya slogan kembali kepada al-qur'an dan sunnah (menurut versi mereka sendiri).


Mari kita lihat sekarang sebuah pendapat dari salah seorang panutan para golongan yang punya slogan kembali kepada al-Qur'an dan sunnah. Qiyas adalah dalil yang diakui mufti agung wahabi salafy syekh muhammad bin sholih bin muhammad al-utsaimin

إذا اتفقت الأدلة السابقة ( الكتاب والسنة والإجماع والقياس ) على حكم أو انفرد أحدها من غير معارض وجب إثباته

"idzat-tafaqotil-adillatus-saabiqotu (al-kitabu was-sunnatu wal-ijmaa'u wal-qiyaasu) alaa hukmin aw infiroodi ahadihaa min gairi mu'aaridin wajaba itsbaatuhuu"

Artinya : Apabila sepakat dalil yang terdahulu (yaitu al-Qur'an, hadis, ijma ulama, dan qiyas) untuk menetapkan suatu hukum atau salah satu satuan hukum, tanpa ada pertentangan dalam menetapkan sebuah hukum itu, maka wajiblah menetapkannya

Sumber Kitab : majmuu'u fataawa wa rosaa'ilu ibni utsaimin jilid 11 hal 42 bab al-muftii wal-mustaftii
Disqus Comments