Hukum Berdzikir Secara Berjamaah Hingga Berdoa Berjamaah Menurut Kalangan Safi'iyah

Hukum Berdzikir berjamaah Hingga  berdoa berjemaah Menurut Kalangan Safi'iyah - Banyak dari kalangan orang-orang Islam yang baru muncul beberapa dekade ini menyalahkan amaliyah yang sudah berkembang sekian lama dari beberapa abad lamanya Alasan mereka hanyalah sebuah sangkaan bahwa hal itu tidak ada di zaman nabi Muhammad dan hal itu merupakan bid'ah (mengada-ada dalam beragama). Mereka menghukumi bid'ah adanya berdzikir secara berjamaah dan berdoa berjamaah. Lucunya lagi, mereka menambah sebuah hukum dalam islam yang sudah paten dari zaman nabi. Mereka membuat sebuah hukum baru yaitu hukum bid'ah.

Dari ulama kalangan pengikut madzhab Syafi'iyyah telah memaparkan sebuah hujjah dan pendapat tentang masalah hukum berdzikir secara berjamaah dan berdoa berjamaah jauh-jauh hari sebelum kemunculun firqoh baru ini. Inilah pendapat Ulama syafi'iyyah mengenai berdzikir secara berjamaah dan berdoa berjamaah

Di dalam kitab Al-majmuu'u syarhul-muhadzdzabi karangan ulama ternama syafi'iyyah imam nawawi, beliau mengatakan

لا كراهة في قراءة الجماعة مجتمعين بل هي مستحبة

"la karoohata fii qiroo'atil-jamaa'ati mujtami'iina bal hiya mustahabbatun"

Artinya : tidak makruh membaca bacaan secara berjemaah bahkan hukumnya disunnatkan

Referensi kitab : Al-majmuu'u syarhul-muhadzdzabi jilid 2 hal 166

Di dalam kitab tuhfatul muhtaj fii syarhil minhaaj karangan ibnu hajar al-haytami (pemuka ulama syafiiyah) dijelaskan bahwa

وَلَا بَأْسَ بِالْإِدَارَةِ لِلْقِرَاءَةِ بِأَنْ يَقْرَأَ بَعْضُ الْجَمَاعَةِ قِطْعَةً ، ثُمَّ الْبَعْضُ قِطْعَةً بَعْدَهَا وَلَا بِتَرْدِيدِ الْآيَةِ لِلتَّدَبُّرِ وَلَا بِاجْتِمَاعِ الْجَمَاعَةِ فِي الْقِرَاءَةِ وَلَا بِقِرَاءَتِهِ بِالْأَلْحَانِ إنْ لَمْ يُفَرِّطْ

Tidak msalah melakukan bacaan-bacaan secara memutar dengan cara sebagian jemaah membaca sepotong, kemudian sebagiannya yg lain membaca sepotong setelahnya, tidaklah mengapa mengulang-ulang ayat untuk mentadabburinya, tidaklah mengapa juga membaca secara berjemaah, tidaklah mengapa dengan bacaan yang sedikit keliru selama tidak fatal

Referensi kitab : tuhfatul muhtaj fii syarhil minhaaj bagian 43 hal 487 kitabus-syahaadaat, baabus-syaahid
Disqus Comments